Viral ! Penjual 'Somay Pink Ini' Rupanya Dulu adalah Seorang Miliarder, Kisahnya Bikin Haru
Rabu, 26 September 2018
Edit
SRIPOKU.COM, PALEMBANG - Akhir-akhir ini dunia maya dihebohkan dengan adanya somay pink yaitu penjualnya adalah seorang pria paruh baya yang mengayuh sepeda berjualan somay.
Unik dan nyentrik itulah kesan pertama melihat seorang pria paruh baya yang mengayuh sepeda dengan nuansa serba pink bertulis "Somay Pink" saat melintas di kawasan Kambang Iwak Palembang, Rabu (27/09/2108).
Diketahui pria ini adalah Sriyono, kesehariannya dihabiskannya di atas sepeda menjajahkan jajanan somay pink berkeliling menyusuri jalanan Kota Palembang, mulai dari kawasan Lapangan Hatta, Sudirman hingga Kambang Iwak.
Atribut yang dikenakannya pun tampak unik, semua bernuansa pink, mulai dari sepeda, wajan somay, pisau, seragam yang dikenakan Sriyono hingga tutup kepala, jam tangan dan sandal yang dipakai berwarna pink.
Saat ditanya mengapa harus pink? dia mengaku pink merupakan warna kesukaan putrinya yang kini tercatat sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran Unsri.
"Pink ini warna kesukaan putri saya, dan saya sama sekali tidak malu, yang penting dari hasil jualan somay anak saya bisa kuliah," ujar Sriyono kepada Sripoku.com, Rabu (26/9/2018)
Tukan Somay Pink Suryono ( sumber : sripoku )
Umumnya, siomay yang dijual Sriyono sama dengan somay kebanyakan, namun yang membedakan adalah bahan dasar ikan maupun ayam pilihan dan kuah somay ada resep tersendiri dari empunya sehingga somay pink yang dijual pria yang menduda ini beda dari yang lain.
Untuk satu somay dijual Rp 7 ribu dan biasanya untuk satu porsi Rp 20 ribu.
Omzet per hari yang didapat Sriyono di hari bisa capai Rp 600 ribu sampai Rp 700 ribu. Sedangkan di weekend bisa mencapai Rp 1,5 juta per hari.
Lebih jauh, Sriyono berharap kedepan dirinya bisa mengembangkan usaha somay pink miliknya ini agar bisa berjualan menetap di ruko atau warung kecil.
"Ya semoga nanti kedepannya usaha somay pink ini tidak lagi berkeliling tapi bisa menetap di sebuah ruko bahkan memiliki beberapa outlet cabang"
Namun ada kisah unik di balik perjalanan Somay Pink ini dan siapa sangka ternyata Sriyono ini merupakan mantan miliarder.
Kisah hidupnya cukup inspiratif, bagaimana perjalanan kisah jatuh bangunnya seorang penjual Somay ini pun bukan cerita baru.
Bahkan dikutip BangkaPost.com nama Sriyono sudah viral sejak tahun 2015, bahkan mesin pencari Google menyebut 83.500 hasil yang merujuk pada usaha siomay yang dijalankan Sriyono ini pada waktu itu.
Hingga diketahui, dulunya sosok Sriyono merupakan mantan orang kaya yang punya kekayaan hingga miliaran rupiah.
Lalu mengapa ia justru berakhir dengan menjadi tukang siomay keliling?
Dikutip Sripoku.com dari Bangka Post begini kisah selengkapnya;
Kisah sukses Sriyono dimulai pada tahun 1969.
! tahun itu, pria kelahiran Klaten, 21 Juli 1954 tersebut memutuskan untuk merantau ke Jakarta dan bekerja sebagai sales mobil.
Ketika itu, tiba-tiba saja dia sangat gemar pada siomay dan memutuskan untuk belajar cara membuat makanan itu.
Dia lantas berguru pada seorang keturunan Tiongkok asal Pulau Bangka, dialah orang yang mengajari Sriyono cara membuat siomay.
Guru tersebut menjanjikan resep rahasia membuat siomay yang lezat dengan syarat Sriyono mau bekerja selama setahun tanpa digaji.
Beberapa tahun kemudian, sang guru meninggal dan mewariskan usaha Siomay kepada Sriyono.
Pada 1980-an, Sriyono memberanikan diri memulai usaha siomay keliling di Jakarta dengan modal patungan dengan beberapa teman.
Berbagai cara ditempuh untuk membesarkan usaha tersebut. Mulai membikin armada siomay sepeda keliling sampai mendirikan warung-warung kecil.
Puncak sukses diraih pada 1996 ketika dirinya berhasil membuat outlet di salah satu mal elite di ibu kota, yakni Plaza Senayan.
Usahanya terus berkembang hingga ia pun berhasil membuka beberapa outlet cabang.
Pendapatan bisnisnya ketika itu mencapai Rp 2 miliar per tahun, dia menikmati sukses berjualan siomay dengan berstatus bujangan.
Bahkan bisnis Sriyono sama sekali tak tergoyahkan ketika krisis moneter melanda Indonesia pada 1998. Dia justru masih bisa mendirikan outlet di beberapa tempat lain.
April 1999, Sriyono memutuskan untuk mengakhiri masa lajang dan menikahi putri seorang polisi. Namun pernikahan tersebut justru menjadi bom waktu untuk Sriyono.
Kehidupan rumah tangganya ternyata tak bisa sesukses bisnisnya. Pertengkaran demi pertengkaran pun terus muncul sehingga konsentrasi Sriyono pada bisnisnya mulai berkurang.
Persoalan rumah tangga yang tak kunjung selesai pelan-pelan membuat manajemen bisnisnya bangkrut. Akhirnya, Sriyono terpaksa menjual hak paten Siomay Senayan dan usahanya pun gulung tikar.
Awal 2004, setelah 4 tahun 7 bulan berumah tangga dan dikarunia dua anak, sang istri menggugat cerai Sriyono. Setelah perceraian, sang istri kemudian mengasingkan diri dan membawa serta dua anak Sriyono.
Sejak itu dia pun tidak pernah lagi bertemu dua buah hatinya. Dalam kondisi bangkrut, Sriyono sempat ditampung mantan rekan-rekan bisnisnya. Setelah peristiwa itu, kehidupan Sriyono pun berubah 180 derajat.
Bahkan ia sempat menggelandang dan tidur di jalanan. Tiap malam, dia tidur berpindah- pindah, dari halte bus ke kolong jembatan dan dari pinggir jalan ke masjid-masjid.
Hingga 2009, Sriyono memilih menetap di Masjid Al Bina di kawasan Senayan.
Beruntung saat itu ada yang memberinya modal. Ia pun kembali berjualan siomay meski hanya keliling menggunakan sepeda. Ia menjadi penjual siomay keliling dengan tampilan yang sangat eksentrik.
Diharapkan, ketika dia menjadi eksentrik, sang anak akan mengetahui dan dirinya dapat bersua dua buah hatinya setelah lima tahun berpisah tanpa kabar itu.
Tapi, usaha tampil nyeleneh itu tidak semudah yang dia bayangkan.
Setiap hari, bahkan sampai sekarang, Sriyono harus rela menjadi bahan ejekan orang-orang yang lewat. Tak jarang perkataan mereka sangat pedas dan menusuk hati.
Tapi, demi menemukan sang anak, hinaan dan cacian itu ditanggapi dengan senyum dan hati ikhlas.
Perjuangan tersebut akhirnya membuahkan hasil. Ia diundang dalam sebuah acara televisi dan akhirnya bisa bertemu anaknya kembali. Dia juga mendapat tawaran untuk bermain sinetron.
Rundown jadwal casting oleh sebuah rumah produksi juga sudah di tangannya. Lalu, apa yang akan dilakukan sekarang?
Hingga sekarang takdir membawa Sriyono untuk mencari peruntungan di Kota Pempek dan dirinya mengaku akan tetap berjualan somay sambil menunggu perkulihan putrinya hingga menjadi dokter seperti yang diimpikannya. Sukses selalu pak Sriyono!
Sumber : Sripoku
Sumber : bangkapost.com
Unik dan nyentrik itulah kesan pertama melihat seorang pria paruh baya yang mengayuh sepeda dengan nuansa serba pink bertulis "Somay Pink" saat melintas di kawasan Kambang Iwak Palembang, Rabu (27/09/2108).
Diketahui pria ini adalah Sriyono, kesehariannya dihabiskannya di atas sepeda menjajahkan jajanan somay pink berkeliling menyusuri jalanan Kota Palembang, mulai dari kawasan Lapangan Hatta, Sudirman hingga Kambang Iwak.
Atribut yang dikenakannya pun tampak unik, semua bernuansa pink, mulai dari sepeda, wajan somay, pisau, seragam yang dikenakan Sriyono hingga tutup kepala, jam tangan dan sandal yang dipakai berwarna pink.
Saat ditanya mengapa harus pink? dia mengaku pink merupakan warna kesukaan putrinya yang kini tercatat sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran Unsri.
"Pink ini warna kesukaan putri saya, dan saya sama sekali tidak malu, yang penting dari hasil jualan somay anak saya bisa kuliah," ujar Sriyono kepada Sripoku.com, Rabu (26/9/2018)
Tukan Somay Pink Suryono ( sumber : sripoku )
Umumnya, siomay yang dijual Sriyono sama dengan somay kebanyakan, namun yang membedakan adalah bahan dasar ikan maupun ayam pilihan dan kuah somay ada resep tersendiri dari empunya sehingga somay pink yang dijual pria yang menduda ini beda dari yang lain.
Untuk satu somay dijual Rp 7 ribu dan biasanya untuk satu porsi Rp 20 ribu.
Omzet per hari yang didapat Sriyono di hari bisa capai Rp 600 ribu sampai Rp 700 ribu. Sedangkan di weekend bisa mencapai Rp 1,5 juta per hari.
Lebih jauh, Sriyono berharap kedepan dirinya bisa mengembangkan usaha somay pink miliknya ini agar bisa berjualan menetap di ruko atau warung kecil.
"Ya semoga nanti kedepannya usaha somay pink ini tidak lagi berkeliling tapi bisa menetap di sebuah ruko bahkan memiliki beberapa outlet cabang"
Namun ada kisah unik di balik perjalanan Somay Pink ini dan siapa sangka ternyata Sriyono ini merupakan mantan miliarder.
Kisah hidupnya cukup inspiratif, bagaimana perjalanan kisah jatuh bangunnya seorang penjual Somay ini pun bukan cerita baru.
Bahkan dikutip BangkaPost.com nama Sriyono sudah viral sejak tahun 2015, bahkan mesin pencari Google menyebut 83.500 hasil yang merujuk pada usaha siomay yang dijalankan Sriyono ini pada waktu itu.
Hingga diketahui, dulunya sosok Sriyono merupakan mantan orang kaya yang punya kekayaan hingga miliaran rupiah.
Lalu mengapa ia justru berakhir dengan menjadi tukang siomay keliling?
Dikutip Sripoku.com dari Bangka Post begini kisah selengkapnya;
Kisah sukses Sriyono dimulai pada tahun 1969.
! tahun itu, pria kelahiran Klaten, 21 Juli 1954 tersebut memutuskan untuk merantau ke Jakarta dan bekerja sebagai sales mobil.
Ketika itu, tiba-tiba saja dia sangat gemar pada siomay dan memutuskan untuk belajar cara membuat makanan itu.
Dia lantas berguru pada seorang keturunan Tiongkok asal Pulau Bangka, dialah orang yang mengajari Sriyono cara membuat siomay.
Guru tersebut menjanjikan resep rahasia membuat siomay yang lezat dengan syarat Sriyono mau bekerja selama setahun tanpa digaji.
Beberapa tahun kemudian, sang guru meninggal dan mewariskan usaha Siomay kepada Sriyono.
Pada 1980-an, Sriyono memberanikan diri memulai usaha siomay keliling di Jakarta dengan modal patungan dengan beberapa teman.
Berbagai cara ditempuh untuk membesarkan usaha tersebut. Mulai membikin armada siomay sepeda keliling sampai mendirikan warung-warung kecil.
Puncak sukses diraih pada 1996 ketika dirinya berhasil membuat outlet di salah satu mal elite di ibu kota, yakni Plaza Senayan.
Usahanya terus berkembang hingga ia pun berhasil membuka beberapa outlet cabang.
Pendapatan bisnisnya ketika itu mencapai Rp 2 miliar per tahun, dia menikmati sukses berjualan siomay dengan berstatus bujangan.
Bahkan bisnis Sriyono sama sekali tak tergoyahkan ketika krisis moneter melanda Indonesia pada 1998. Dia justru masih bisa mendirikan outlet di beberapa tempat lain.
April 1999, Sriyono memutuskan untuk mengakhiri masa lajang dan menikahi putri seorang polisi. Namun pernikahan tersebut justru menjadi bom waktu untuk Sriyono.
Kehidupan rumah tangganya ternyata tak bisa sesukses bisnisnya. Pertengkaran demi pertengkaran pun terus muncul sehingga konsentrasi Sriyono pada bisnisnya mulai berkurang.
Persoalan rumah tangga yang tak kunjung selesai pelan-pelan membuat manajemen bisnisnya bangkrut. Akhirnya, Sriyono terpaksa menjual hak paten Siomay Senayan dan usahanya pun gulung tikar.
Awal 2004, setelah 4 tahun 7 bulan berumah tangga dan dikarunia dua anak, sang istri menggugat cerai Sriyono. Setelah perceraian, sang istri kemudian mengasingkan diri dan membawa serta dua anak Sriyono.
Sejak itu dia pun tidak pernah lagi bertemu dua buah hatinya. Dalam kondisi bangkrut, Sriyono sempat ditampung mantan rekan-rekan bisnisnya. Setelah peristiwa itu, kehidupan Sriyono pun berubah 180 derajat.
Bahkan ia sempat menggelandang dan tidur di jalanan. Tiap malam, dia tidur berpindah- pindah, dari halte bus ke kolong jembatan dan dari pinggir jalan ke masjid-masjid.
Hingga 2009, Sriyono memilih menetap di Masjid Al Bina di kawasan Senayan.
Beruntung saat itu ada yang memberinya modal. Ia pun kembali berjualan siomay meski hanya keliling menggunakan sepeda. Ia menjadi penjual siomay keliling dengan tampilan yang sangat eksentrik.
Diharapkan, ketika dia menjadi eksentrik, sang anak akan mengetahui dan dirinya dapat bersua dua buah hatinya setelah lima tahun berpisah tanpa kabar itu.
Tapi, usaha tampil nyeleneh itu tidak semudah yang dia bayangkan.
Setiap hari, bahkan sampai sekarang, Sriyono harus rela menjadi bahan ejekan orang-orang yang lewat. Tak jarang perkataan mereka sangat pedas dan menusuk hati.
Tapi, demi menemukan sang anak, hinaan dan cacian itu ditanggapi dengan senyum dan hati ikhlas.
Perjuangan tersebut akhirnya membuahkan hasil. Ia diundang dalam sebuah acara televisi dan akhirnya bisa bertemu anaknya kembali. Dia juga mendapat tawaran untuk bermain sinetron.
Rundown jadwal casting oleh sebuah rumah produksi juga sudah di tangannya. Lalu, apa yang akan dilakukan sekarang?
Hingga sekarang takdir membawa Sriyono untuk mencari peruntungan di Kota Pempek dan dirinya mengaku akan tetap berjualan somay sambil menunggu perkulihan putrinya hingga menjadi dokter seperti yang diimpikannya. Sukses selalu pak Sriyono!
Sumber : Sripoku
Sumber : bangkapost.com